Text
HAYY IBN YAQZHAN
Seorang anak ditinggalkan sendirian di suatu pulau. Seekor rusa menemukan anak itu, merawat dan membesarkan--menggantikan anaknya yang hilang. Bersejajar dengan usianya yang semakin dewasa, timbul keinginannya yang luar biasa untuk mengetahui dan menyelidiki suaut yang tidak dimengertinya. Dari sinilah pencarian kebenaran sang anak terus berlangsung, sampai akhirnya rusa yang merawatnya mati. Sanggupkah ia melanjutkan hidup setelah rusa itu tiada?
Novel ini menyuguhkan intisari kehidupan manusia. Sebagai bagian ari alam semesta, manusia terus menerus mencari hakikat hidupnya hingga kebenaran yang tak tergoyahkan hakikat bidupnya hingga kebenaran yang tak tergoyahkan bisa didapatkan.
Novel karya Ibn Tufail ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti bahasa Latin, Yahudi, Ingris, Belanda, Spanyol, Jerman, Perancis, dan Rusia. Sebagai novel filosofi, novel ini telah menggoncangkan dunia Barat pada Abad pertengahan.
Pemikir Ibn Tufail pun kemudian banyak dioper oleh filsut-filsuf Barat. Oleh karena itu, di tengah dunia yang tengah geger ini, karya klasik Ibn Tufail ini sangat layak untuk dibaca.
Imam Al Ghozali berkata, "Jika keyakinan yang kau miliki menjadi goyah setelah membaca buku ini, maka buku ini telah bermanfaat bagimu. Karena orang yang tak memiliki keraguan, sesungguhnya ia tidak berpikir. Dan orang yang tidak berpikir tak akan melihat. Sementara orang yang tidak melihat, maka sesungguhnya ia buta dan berada dalam kebingungan."
Ambillah apa yang kau lihat
Dan tinggalkan apa yang kau dengar
Karena di bawah terik mentari,
Engkau tak lagi membutuhkan cahaya Saturnus
Ada sesuatu dengan tujuh tahun. Tujuh tahun sungguh sesuatu. Seven Something. Tiap fase, tiap bagian terbagi dalam rentang tujuh tahun. Lalu kenapa Saturnus yang muncul bukannya Uranus. Bukakah Uranus yang butuh waktu tujuh tahun untuk melewati suatu rasi? Dan tiap tujuh tahun pengembaraannya itu katanya berpengaruh pada kehidupan manusia? Review macam apa ini. Entah.
Sebagai sebuah roman, kisah Hayy kehadirannya menggugah banyak sastrawan pada masanya maupun pada masa-masa setelahnya, ini terlihat dari antusiasme para filusuf maupun sastrawan yang kemudian menyampaikan gagasan-gagasan pemikirannya melalui tulisan dengan dibungkus balutan cerita.
Pada bagian awal buku ini dimana dipaparkan bergbagai macam perbandingan karya sastra pra dan pasca kisah Hayy Ibn Yaqdzon (karya seorang filusuf Andalusia Abu Bakar Muhammad Bin Thufail wafat 1185.M) dari catatan Ustadz Faruq Sa’ad, setidaknya –untuk saat ini– saya beranggapan bahwa penulis kisah ini (Hayy Ibn Yaqdzon “manusia dalam asuhan rusa”) dalam pembuatan ceritanya sedikit banyak terpengaruh para filusuf pendahulunya. Seperti nama tokoh Hayy, Salaman dan Ibsal yang diadopsi dari buah karya Ibnu sina, dan juga ada kesamaan nama tokoh ini dari beberapa karya filusuf dan sastrawan lainnya seperti Ibn Arabi, Hunain Bin Ishaq dll, walaupun alur ceritanya berbeda dari karya filusuf pendahulunya, namun dari pengambilan nama tokoh tersebut dapat dijadikan pijakan bahwa Ibn Tufail sedikit banyak terpengaruh oleh kreasi kisah tokoh diatas. Kemudian tempat kejadian dari peristiwa ini yakni pulau wak-wak, seperti dikatakan oleh Ustadz Faruq Sa’ad mempunyai gambaran tersendiri; dari berbagai macam versi menurut beberapa tokoh seperti; Ubaidillah bin Khordadzibah , Al Mas’udi, Al Idrisy , Ibrahim bin Washif Syah , Al-Qazuni , dll. Dapat ditarik benang merah bahwa pulau wak-wak adalah sebuah pulau yang terletak di samudera Hindia dimana didalamnya terdapat pohon yang berbuah “mirip dengan manusia dan berjenis kelamin perempuan” dimana jika buah itu masak maka ia akan mengeluarkan suara “wak-wak”. Dan kisah ini , memang sudah ada sebelum Ibn Tufail menjadikannya sebagai tempat kejadian dari kisah Hayy Ibn Yaqdzon.
Sedikit melihat teori “kelahiran” tokoh sentral dalam kisah ini (Hayy Ibn Yaqdzon), seperti yang saya kutip diatas, author (Abu Bakar Muhammad bin Tufail) sedikit banyak mengadopsi kisah-kisah sebelumnya –bersinggungan dengan “kehadiran” tokoh dalam buku ini–. Seperti tokoh Hayy yang dikisahkan sebagai seorang anak yang “dibuang” oleh ibunya ketengah lautan kemudian berlabuh di pulau yang tak berpenghuni , ini juga sudah terjadi pada kisah-kisah sebelum diciptakannya roman ini. Berbeda dengan teori kedua tentang kelahiran Hayy yang dikatakan secara alamiyah , ini bukan menjadi topik yang ramai seperti tori kelahiran yang pertama.
SAS00059S | 814 ibn h | My Library (Nomor 800 (Kesusastraan)) | Sedang Dipinjam (Jatuh tempo pada2024-11-26) |
Tidak tersedia versi lain